top of page
Follow "THIS JUST IN"
Recommended Reading
Search By Tags
Who's Behind The Blog

Beliau lah pendiri pondok pesantren Ulul Albab

Beliau Adalah orang depok yang Sekarang tinggal di ciomas KarenaUntuk Mengurus para ssantriwan dan santri wati

Ulul Albab Serang Banten

         Ulul Al-bab adalah  Pondok pesantren yang Yang berdiri pada tahun 2001, Wlaupun pondok ini masih ter bilang pondok yang muda namun keberadaan nya telah diakui oleh masyarakat setempat terutama di daerah provinsi banten , bahkan nama ulul Al-bab banten sendiri telah melesat sampai keluar banten, Hal ini terbukti dengan ada nya santri Ulul Al-bab dari daerah luar banten.

 Misal nya: ada yang dari lampung, Padang, Dll.

  

           Seiring berjalan nya waktu Ulul Al-bab Menyediakan Pendidikan Alami, Yaitu pendidikan yang Dengan miniatur kemasyarakatan, dimana yang ter baik lah yang akan ber hasil.

      

       

 

 

 

 

Kh.Muhammad khairul ikhsan

PRIA ini memiliki banyak keunikan. Dalam tubuhnya mengalir darah ulama, jawara, ekonom, cendikiwan,  dan  bankir. Sebagai organisator, tokoh kelahiran 4 Maret 1952 ini menjadi pengendali sejumlah organisasi kemasyarakatan dan profesi tingkat lokal dan nasional.

Ia misalnya, pernah dipercaya sebagai Sekjen Majelis Musyawarah Masyarakat Banten (M3B), Ketua GP Farmasi Provinsi Banten, Ketua Kadin Kabupaten Serang, Komandan Gerakan Anti Komunisme, Ketua Panitia Persiapan Penerapan Syariat Islam Indonesia-Banten (P3SIB), Ketua Dewan Pendidikan Kab. Serang, dan Ketua MUI Provinsi Banten yang membidangi pengembangan ekonomi Islam.  

H. Embay Mulya Syarief, nama pengusaha sukses yang suka berpenampilan sederhana tersebut. Sebagai ekonom, Direktur Utama PT Buana Centra Swakarsa (BCS) Cilegon ini berperan aktif membangun ekonomi kerakyatan di daerahnya. Hal itu, antara lain, pernah diwujudkannya dalam bentuk “program gerakan pendirian seribu Baitul Maal wa Tanwil (BMT)” di Banten. Gerakan berbau ekonomi kerakyatan dan keislaman itu tidak lepas dari peran dirinya sebagai Komisaris Utama BPRS Berkah Ramadan di Tangerang dan Komisaris Utama BPRS Baitul Muwanah di Cilegon.

Di tengah kesibukanya, anak pasangan H. Syarif Hidayat dan Hj. Hindun ini sering tampil sebagai penceramah di pengajian-pengajian. Sesuai dengan panggilan jiwanya, materi pengajian yang ia sampaikan umumnya  bertemakan ekonomi Islam. Maklum, dalam diri suami Hj. Munawaroh ini tertanam ambisi dan keyakinan bahwa hanya sistem ekonomi Islam yang bakal mampu menanggulangi krisis ekonomi yang melanda dunia saat ini.

“Saya sangat yakin, Syariat Islam akan menjadi solusi paling jitu dalam menanggulangi  berbagai krisis di dunia,” kata bapak lima anak (Yusuf  Munawar, Aryadila, Meirina, Teguh, Ruli).

Tentang pembangunan di Provinsi Banten hingga usia menginjak delapan tahun, tokoh hobi olah raga silat dan joging ini termasuk yang mengaku miris.  Sebagai pelaku sekaligus saksi sejarah peralihan status Banten dari karesidenan menjadi provinsi, ia memiliki penilaian menarik tentang pembagian kue pembangunan di provinsi ke-30.

Dengan hati berat meminta masyarakat agar tidak  berharap terlalu banyak dari pemerintah daerah. Selain karena usia Provinsi Banten masih relatif muda, arah program pembangunan di provinsi ini juga dinilainya belum maksimal berpihak kepada rakyat kecil.

“Selain itu, seharusnya dalam mengarungi suatu cita-cita, kita  memulainya dengan baik. Pepatah mengatakan, permulaan yang baik merupakan separo pekerjaan. Terus terang saja, saya melihat permulaan pembangunan di Provinsi Banten ini kurang baik. Lihat saja sekarang, pada usianya yang masih muda, provinsi ini banyak dijejali berbagai kasus. Jadi, apa bedanya antara Banten ketika masih bergabung dengan Jabar dan setelah menjadi provinsi?” sindir Wakil Ketua ICMI Provinsi Banten.

Menurut Ketua Persatuan Umat Islam (PUI) Banten, satu-satunya kebahagiaan dan kebanggaan masyarakat Banten, yakni daerahnya menjadi provinsi. Jauh-jauh hari ia mengaku sudah menyarankan kepada sejumlah petinggi Banten agar dalam membangun tidak seperti mendirkan rumah sakit.

“Rumah sakit kan gedungnya indah, mewah dan bersih. Tapi coba lihat, penghuni rumah sakit adalah orang sakit. Sebaiknya, membangun Banten ini harus seperti mendirikan hotel. Selain indah dan mewah, penghuninya juga orang sehat dan berduit. Jadi, yang membedakan antara hotel dengan rumah sakit adalah kondisi penghuninya,” ungkap pembina FKA ESQ Banten.

Namun menurut Ketua Ketua Yayasan Insan Madani, pemprov nampaknya lebih memilih membangun rumah sakit, bukan hotel. Penghuni provinsi  ini banyak yang sakit, bahkan tak sedikit yang sakit jiwa. Masyarakatnya banyak yang gila harta, gila jabatan, gila pangkat, gila hormat, gila pujian, dan sebagainya. Masyarakat yang sakit, menurutnya bisa dilihat dari perilaku sehari-harinya. Antara lain, semakin sulitnya ditemukan makna kasih sayang kepada yang lemah, tidak punya rasa malu, anarkis, dan egois. Bahkan, tak sedikit  masyarakat Banten yang merasa benar di jalan yang salah.   

Mereka dinilainya kurang peka terhadap kesulitan masyarakat lemah. Ketika rakyat banyak yang masih kesulitan bisa makan teratur setiap hari, para elite malah banyak yang hidup bergelimpang kemewahan.

“Ini tandanya para elite itu banyak yang sakit. Jasmaninya sih sehat, tapi rohaninya butuh siraman tentang pentingnya kepedulian terhadap sesama,” tegas Ketua Paguyuban Warga Banten (Puwntwn) Kab. Serang.

Anggota Dewan Penasihat FKPPI Banten ini mengingatkan agar pemprov membuat program yang benar-benar menyentuh langsung atau bermanfaat untuk rakyat. Bentuknya, jalan-jalan diperbaiki, sehingga roda ekonomi satu desa ke desa lainnya bisa lebih lancar. Sementara bidang pendidikan dan kesehatan, kalau tidak bisa gratis yadimurahkan.

Kalau mau membangun hotel, saran mantan Ketua Pemuda Panca Marga LVRI Serang, tiga komponen ini wajib dipenuhi. Jika mengabaikan pembangunan jalan, kesehatan dan pendidikan maka sama saja membangun rumah sakit.

“Diakui atau tidak, pembangunan di Banten ini belum maksimal menyentuh sektor-sektor tersebut. Padahal, membangun fisik kan jauh lebih mudah dari membangun sikap mental. Lagu Indonesia Raya mengajarkan kepada kita agar mendahulukan pembangunan dari membangun fisik,” kata Komisaris PT Wallie Jasa Pratama.

Dikemukakan, untuk membangun mental dibutuhkan  waktu lama. Hal ini harus ditopang dengan sektor kesehatan dan pendidikan yang layak. Tanpa didorong dengan dua sektor ini, pembangunan mental akan memakan waktu lebih lama dan menemui kendala lebih banyak lagi.

Dalam konteks ini, mantan Dirut PT Berkah Saputra Jaya Raya itu mengaku heran dengan klaim pemprov bahwa angka kemiskinan di Banten menurun dari tahun ke tahun.  Untuk melihat fakta, ia meminta para pejabat di Banten sering melihat langsung kondisi masyarakatnya, dialog dengan mereka, bertanya tentang kesulitan dan keinginan-keinginan mereka.

Padahal, kata mantan Staf Daksi Set. Laksus Bidlu (1984-1994), Rosulullah SAW pernah mengingatkan bahwa “Allah menolong dan memberi rizki kepada kalian karena orang miskin di antara kalian”.   Faktanya, lanjut jebolan AIA Maulana Yusuf Banten, orang miskin memiliki kontribusi cukup besar dalam kehidupan dan penghidupan orang kaya. Mereka bukan saja berjasa meyehatkan orang kaya, namun juga ikut membuka jalan bagi orang kaya yang ingin lebih kaya.

“Coba perhatikan, siapa yang menanam sayuran, menanam pepohonan yang menghasilan buah-buahan. Siapa pula yang menjadi petani dan nelayan. Mereka berjasa membuat kita tetap sehat. Tanpa mereka, kita akan kekurangan gizi dan vitamin,” kata Ketua Ikatan Ahli Ekonomi Islam Banten.

Perhatikan juga, kata Embay, siapa yang menumpang kereta api, bus, angkot, kapal laut dan sebagainya? Tanpa mereka, perusahaan transportasi akan bangkrut. Siapa pula yang bekerja di pabrik? Tanpa mereka, industri akan tutup. Siapa yang menggerakkan sektor riel? Merekalah orang-orang miskin yang mau berusaha tanpa ditunjang oleh fasilitas. Padahal, dalam menjemput rezeki Allah itu mereka harus sering kucing-kucingan dengan aparat. Bahkan, tak jarang penghasilan mereka yang sangat minim itu harus dibagi dengan oknum tertentu dan preman.   

“Setelah tahu kontribusi orang miskin, pantaskah kita menempatkan mereka sebagai penduduk kelas dua?” sindir mantan Bendahara ICMI Kab. Serang.

Tentang pengentasan kemiskinan, mantan Direksi PT Sinar Ciomas  menawarkan solusi. Yakni, pemerintah daerah harus melakukan gerakan wirausaha. Bentuknya, pemerintah daerah memberi pelatihan-pelatihan kepada para pengusaha kecil, pedagang kaki lima, dan para calon pengusaha. Materi yang diberikan antara lain menyangkut sikap mental, manajemen permodalan dan permasalahannya. Gerakan ini diyakininya akan efektif untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran. Sebab setelah lulus dari pendidikan, mereka akan membuka usaha baru.

Ia mengilustrasikan, jika 20 persen penduduk Banten memiliki kemampuan berusaha maka angka kesejahteraan di Banten akan  meningkat signifikan. Rasionya, 20 % X 9 juta (jumlah penduduk Banten)=1,8 juta. Jika setiap pengusaha Banten (1,8 juta orang) mengangkat 5 orang tenaga kerja, maka putra daerah yang terserap dalam dunia kerja mencapai 900.000 orang.

“Bayangkan kalau setiap kader pengusaha bisa merekrut lebih dari lima karyawan, berapa tenaga muda Banten yang bakal terserap dalam usaha baru tersebut. Fungsi utama pengusaha kan ada dua, yaitu sebagai penyerap tenaga kerja dan pembayar pajak serta retribusi. Kalau bagi yang muslim perannya ada lagi, yaitu sebagai pembayar zakat, infak dan sedekah,” kata mantan Wakil Ketua ICMI Kab. Serang.

 

Berkat jasa-jasanya yang tak pernah lelah memperjuangkan kemandirian umat, pembina Ponpes Ulul Albab Ciomas tersebut sering menerima anugerah penghargaan. Warga Pekarungan Serang itu, misalnya, pernah menerima penghargaan Upakarti Bidang Pengabdian Pembinaan Usaha Kecil, Satya Lencana LVRI, dan Bintang Legiun Veteran RI.***

 

H.Embay mulya syarif

Donatur Pondok pesantren Ulul Albab

bottom of page